Postingan

Bagaikan Seekor Ikan

seorang Muslim itu bagaikan seekor ikan, yang terus berenang dalam air dengan rahmat Tuhannya, mencari makanan yang halal dengan rahmat Tuhannya, dan menjalani kehidupan dengan rahmat Tuhannya. Ibarat seorang Muslim, ikan juga memiliki batasan dalam hidupnya, yaitu air. Dia hanya akan terus berenang selama dalam batasan air. Bisa saja Ikan tersebut melompati batasan tersebut, tapi kau tau ? dia tidak akan bertahan begitu lama. Dadanya sesak, sulit bernafas. Entah karena dia tau larangan untuk melewati batasan tersenut, atau karena kebutuhannya akan batasan tersebut. Ikan dan seorang Muslim hanya akan dapat hidup tenang dalam air atau batasan yang telah ditakdirkan Rabbnya kepadanya.

For You Bunga

Gambar
For You , Bunga  "Bukan rintangan yang semakin berat, namun diri yang semakin menguat" (Bungek) Jakarta, 27 Mei 2017 2 Ramadhan 1438H Ini adalah tahun ketujuh sejak pertama kalinya kita saling mengenal dan mungkin tahun keenam ucapan selamat ulang tahun datang dari bibir kita masing-masing. Time always   grow so fast beyond our imagination . Dan semoga tahun-tahun ke depannya kamu akan selalu tetap ambil bagian mengisi lembaran hari-hari seorang Nadya El Khair dan begitu sebaliknya, aku tetap jadi bagian dalam perjalanan hidup seorang Zahara Bunga Hadikusuma seberapa pun fitnah dunia selalu datang silih berganti. Raga boleh saja tidak selalu bertemu, namun semoga hati kita selalu dipersatukan oleh-Nya dalam iman dan lingkaran ukhuwah ini . Saling berbagi nasihat apabila bertemu, saling bercerita tentang kegelisahan umur-umur rawan ini, padahal kita sama-sama tahu bahwa jodoh adalah rezeki yang sudah diatur oleh-Nya sedemikian rupa sehingga ti

Its Not Our But HIM

Gambar
Akhir-akhir ini aku sering kesal dengan salah seorang teman. Kesal sampai kadang rasanya aku tidak mau membuka percakapan dengannya kecuali memang urgent atau si doi yang buka percakapan duluan. Memang aku merasa bagaikan menjadi orang jahat layaknya di sinetron2 (ceilaah korban sinetron XD), dan memang sangat tidak adil sebenarnya buat di doi, tapi nyatanya inilah sisi humanisme yang terkadang mncul jika kita dihadapkan pada kondisi ini. Kekesalan yang berujung membuat kita ingin menjauh sejenak dari mereka. Suatu emosi yang apabila kita tidak dapat mngontrolnya dengan baik malah akan membuat sedikit keretakan didalam persaudaraan itu sendiri. Yang akhirnya lama-lama apabila tidak diatasi secepat mungkin, keretakan itu bisa menjadi bertambah besar dan meluas, sehingga ujungnya dapat berujung pada keruntuhan hubunngan persaudaraan itu sendiri. Jika aku harus memutar balik asal muasal kekesalan ini, hanya terdapat suatu alasan sepele yang sebenarnya tidak perlu dibawa secara emo

Melupakan Nikmat

“Maka nikmat tuhan Mu manakah yang kamu dustakan” (Q.S Ar-Rahman :13) Kita sering untuk melupakan nikmat Allah yang di limpahkan kepada kita. Melupakan akan nikmat sehat, nikmat makan, nikmat persahabatan, dan bahkan juga kita sering melupakan nikmat iman. Berbicara mengenai nikmat, aku pernah mendengar kisah yang membuat aku kembali memikirkan nikmat itu sendiri. cerita itu diriwayatkan dengan sangat apik, dan di ceritakan kembali kepada ku melalui seorang ustadz yang termasyur di kota ku. Kisah mengenai Al-Jarmi r.a. salah satu sahabat Rasulullah s.a.w. Diriwayatkan bahwa beliau dalam keadaan buta dan dengan tangan serta kakinya putus,   tinggal di kemah di padang pasir mesir. Di riwayatkan ada seorang tabiin yang yang sedang berkuda di padang pasir mesir, lalu melewati sebuah kemah. Lalu tabi'in tersebut merasa penasaran karena dari dalam kemah tersebut terdapat suara seperti orang yang meminta tolong. Ketika tabiin tersebut memasuki kemah tersebut, didapatkan lah ba