Melupakan Nikmat


“Maka nikmat tuhan Mu manakah yang kamu dustakan” (Q.S Ar-Rahman :13)

Kita sering untuk melupakan nikmat Allah yang di limpahkan kepada kita. Melupakan akan nikmat sehat, nikmat makan, nikmat persahabatan, dan bahkan juga kita sering melupakan nikmat iman. Berbicara mengenai nikmat, aku pernah mendengar kisah yang membuat aku kembali memikirkan nikmat itu sendiri. cerita itu diriwayatkan dengan sangat apik, dan di ceritakan kembali kepada ku melalui seorang ustadz yang termasyur di kota ku.
Kisah mengenai Al-Jarmi r.a. salah satu sahabat Rasulullah s.a.w. Diriwayatkan bahwa beliau dalam keadaan buta dan dengan tangan serta kakinya putus,  tinggal di kemah di padang pasir mesir. Di riwayatkan ada seorang tabiin yang yang sedang berkuda di padang pasir mesir, lalu melewati sebuah kemah. Lalu tabi'in tersebut merasa penasaran karena dari dalam kemah tersebut terdapat suara seperti orang yang meminta tolong. Ketika tabiin tersebut memasuki kemah tersebut, didapatkan lah bahwa ada seorang yang tua yang buta, dan dengan tangan dan kaki yang pustus -yang tak lain itu adalah al Jarmi- dalam keadaan kepala menghadap ke langit,berdo'a kepada Allah s.w.t. "ya Allah, mudah kan lah aku agar aku mensyukuri nikmat nikmat mu kepada ku, dan kepada kedua orang tua ku, dan masukkan lah aku kedalam rahmat mu, nersama di antara orang shaleh di antara hamba hamba mu". tabi'in tersebut berkata "wahai orang tua, apa kira-kira yang akan engkau syukuri sama Allah (karena tabiin tersebut melihat kondisi orang tua itu) ?". Orang tua itu langsug berkata "Diamlah wahai anak muda, bukankah Allah masih menggerakkan lisan ku, sehingga aku dapat bersyukur dan menyebut namaNya ? kalau seandainya seluruh dunia ini di datangkan kepada saya, maka aku tetap akan menganggap menggerakkan lisan saya adalah nikmat yang paling besar yang Allah berikan kepada aku".

Lalu orang tua itu bertanya kepada Tabiin tersebut, untuk menanyakan anak nya yang biasa menyuapkan dan mengurusnya. dan memnita tabiin terebut untuk mencarikan anaknya tersebut di sekeliling kemah. Ketika di lihat di sekeliling kemah, didapatilah ada satu anak muda yang terjatuh yang sedang di kerumini oleh singa, dan tubuhya di cabik-cabik oelh singa. tabiin tersebut kemudian bingung, bagaimana cara menceritakan hal tersebut kepada bapak tua tadi, agar bapak tua itu tidak sedih mendengarkan kabar tersebut. Maka tabiin terebut memulainya dengan menanyakan "wahai bapak, apakah kamu tau kisah Ayub A.S ?". orang tua itu menjawab “ya, saya tau”. Tabiin tersebut kembali menanyakan “manakah labih berat, cobaan yang Allah berikan kepadamu atau cobaan yang Allah berikan kepada Ayub a.s ?”. orang tua tersebut kemudian menjawab “tentu cobaan terhadab Ayub a.s”. tabiin tersebut kemudian kembali menayakan “apakah yang di lakukan oleh Ayub a.s ?”.  orang tua tersebut menjawab “bersabar”. Tabiin tersebut kemudian berkata “maka bersabarlah wahai orang tua, karena sesungguhnya saya mendapatkan Anak mu sudah meninggal dan tubuhnya sudah dimakan oleh singa”. “Alhamdulillah” sebut orang tua tersebut. Membuat tabiin tersebut kaget. “yang telah mengkaruniakan anak yang tidak perah membangkang kepada saya”melanjutkan kata katanya.

Setelah itu orang tua itu mengucapakan syahadat dan meninggal dunia. Lalu tabiin itu bingung, bagaiman cara mengurus mayat orang tua tersebut, kareba tepat dia itu berada di kemah di tengah padang pasir. Lalu lewatlah empat orang berkuda, dan tabiin itu meinta pertolongan kepada empat orang tersebut. Ketika di lihatnya orang tua tersebut, maka keempat orang tua tersebut menangis sambil menciumi orang tua tersebut. Tabiin itu lalu berkata “apakah kalian tau orang tua ini ?” mereka menjawab “kamu tidak tau orang ini ? ini adalah al-Jarmi, sahabat nabi s.a.w. orang ini buta matanya justru karena Allah mau dia melihat kepada sesuatu yang haram, tanagan nya putus justru karena Allah tidak ingin dia memegang sesuatu yang haram, kakinya putus justru karena Allah tidak ingin dia melakah ketempat yang haram. Maka pasti dia akan masuk surga karenanya”.
Setelah mendengarkan cerita itu, Ustadz berkata “Jadi kadang kadang kita jangan menganggap dengan kita normal berarti kita lebih baik dari orang yang cacat”. Maka aku pun berpikir, apakah sebenarnya nikmat itu. Apakah denagn kekayaan kesehatan dan kekuatan yang Allah berikan kepada kita, itu merupakan nikmat Allah s.a.w. ataukah dengan kecacatan yang Allah berikan itu juga merupakan nikmat Allah s.a.w. yang pada akhirnya aku pun menyimpulkan tentang betapa adilnya Allah s.w.t . Betapa sayang Allah kepada kita.
“Maka nikmat tuhan mu manakah yang kamu lupakan” (Q.S Ar-Rahaman : 13)

Komentar

  1. Itu kayaknyaa ada yg kurang katanya.. pas bagian "orang ini buta matanya justru karena Allah tidak ingin.." kata tidak ny kurang fiq...

    Good job laah.. sering2 nulis yaaa

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bagaikan Seekor Ikan

For You Bunga

Its Not Our But HIM